WanitaBerjubahRindu
by: eka yani
Kembali kutuliskan,
dikertas bersih ini dengan tajamnya ayunan pena yang mengeluarkan tintanya,
seakan bercerita tentang suramnya kehidupan. Hari ini kupaparkan tentang kehidupan yang
dipenuhi kelabu rindu yang tak kunjung padam. Perasaan yang terhujam sambilu,
teriris perih senyatan luka yang mencabikku. Gemuruh di
hati merasa meluap dan kepalaku berkunang-kunang.
Berbagai cara telah aku tempuh dan aku jalani,
namun semakin kumencoba menepisnya semakin nyata rasa
dan raut wajah itu menari dipelupuk mataku. Dalam diam aku termeenung mencari makna akan semua ini,
kucoba Tanya pada suara alam menatap pada gemerlap gemintang,berharap ada secuil jawaban
yang menyejukan jiwa ini.
Tetapi semua tetab terbungkam dalam kebisuan abadi,
apa yang akulakukan, semua itu tidak memberiku keluangan sejenak saja.
Aku masih tetab terhujam rasa yang menghebat, perasaan yang
menghebat ingin aku lupakan, entah apa yang harus kulakukan dikesendirian sunyi nan
hening ini?
Aku tak punya kuasa dan sabda,
yang bias sekejap ada di depan mata. Tanpa terasa pekatnya mega
dengan berpayung mendung menyapaku, hingga kilat dan gelegar menghardik lamunanku.
Aku mulai berzikir dalam alunan rindu yang menari dihadapanku,
aku menepiskan sosok rindu yang aku lumatkan dalam sebuah suara alam.
Sebagai isyarat hati agar sang HALIQ menyampaikan rinduku, walau terus dalam rasa yang
mengesakan dan memburuku untuk aku teriakkan. Namun aku hanya menyimpannya dalam lambirin rindu,
agar terlihat sebuah keelokan kerinduan.
Aku wanita berjubah rindu akan terus memburu rindu ,namun tidak untuk kujamah dalam rindu
yang sesaat saja,akan aku beri rumusan rindu , bahwa rinduku membara bagai api tak bersua.
Komentar